MichelleValentina Purnomo / 2301935956 Indonesia adalah negara yang memiliki berbagai keragaman suku bangsa, bahasa, agama, dan kebudayaan yang tersebar di belasan ribu pulaunya. Dari keberagaman ini Indonesia dapat bersatu dan menjadi suatu negara dikarenakan berbagai faktor, salah satu faktor yang akan diulas disini adalah dasar negara Indonesia yaitu Pancasila yang menjadi pemersatu bangsa
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Pancasila Orientasi Filsafat NusantaraPancasila Jiwa Bangsa IndonesiaParadigma Pancasila yang kian membias dari hakikatnya sebagai falsafah hidup bangsa perlu mendapat perhatian serius dari anak bangsa Indonesia. Orientasinya harus kembali kepada nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia. Mengapa dikatakan harus berorientasi pada filsafat nusantara? Karena sesungguhnya apa yang menjadi nilai, ide, ataupun gagasan seharusnya berangkat dan berakar dari dalam. Artinya nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sungguh merupakan kristalisasi buah-buah kehidupan bangsa sendiri. Jika dikatakan bahwa kebudayaan bangsa menjadi tantangan bagi Pancasila, karena beraneka ragam. Namun, dalam perspektif Pancasila dapat dikatakan bahwa justru keanekaragaman itu yang menjadikan Pancasila bermakna. Sebab, Pancasila harus mewadahi segala perbedaan itu. Pancasila dapat dikatakan sebagai "defining characteristics" karena semboyan "Bhineka Tunggal Ika" dalam Pancasila menjadi kuncinya. Terlepas dari telah terwujud atau belum, itu menjadi tanggung jawab segenap elemen bangsa Indonesia. Sebagai sebuah Negara Kesatuan, Indonesia harus sungguh menyadari dan berupaya untuk berpegang teguh pada ideologinya yakni Ideologi Pancasila. Harus senantiasa kembali ke Pancasila, orientasinya harus mutlak pada Pancasila. Pancasila sebagai jati diri bangsa Indonesia mau tidak mau harus menjadi prioritas. Artinya apa pun yang dilakukan harus bertitik tolak dari nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Nilai-nilai yang termaktub di dalam Pancasila sungguh cerminan pribadi bangsa Indonesia. Kepribadian bangsa yang unik ini menjadi ciri khas bangsa yang patut dibanggakan dan dijunjung tinggi oleh segenap rakyat negara Indonesia. Kekhasan pribadi bangsa Indonesia inilah yang menjadikan Indonesia berbeda dengan berbagai bangsa di dunia. Hal ini memang tidak mudah untuk dijaga namun bukan berarti tidak dapat diwujudkan. Salah satu cara agar kekhasan bangsa tetap eksis di mata dunia adalah dengan berorientasi pada Pancasila. Dalam dunia pendidikan kerap kali kita mengadopsi dan menyerap filsafat dari dunia Barat begitu saja. Hal ini patut disadari sebagai salah satu bentuk penyangkalan terhadap jati diri bangsa. Karena pola pemikiran anak bangsa mengikuti model Barat. Untuk itu Pancasila harus menjadi orientasi seluruh gaya hidup dan pola pemikiran anak bangsa. Di sini bukan hanya keberagaman budaya lokal yang menjadi tantangan, akan tetapi justru tantangan terbesar lainnya adalah pengadopsian nilai-nilai dari luar. 1 2 Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Berikuttujuh fungsi dan peranan pancasila bagi bangsa Indonesia: 1. Pancasila sebagai Jiwa Bangsa Indonesia. Pancasila sebagai jiwa bangsa berfungsi agar Indonesia hidup dalam Jiwa Pancasila. Maksudnya Pancasila diharapkan menjadi jiwa bagi seluruh masyarakat Indonesia. Jiwa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sesuatu atau orang - Pada awal 1975, kakek bintang film Dian Sastrowardoyo, Sunario Sastrowardoyo, bersama mantan Wakil Presiden Mohamad Hatta, Pringgodigdo, Ahmad Subardjo, dan Maramis duduk dalam Panitia Lima. Hatta adalah ketua dari Panitia Lima itu. “Ada beberapa kurang pengertian di dalam masyarakat tentang lahirnya Pancasila. Ditanyakan tentang hari lahir apakah benar 1 Juni 1945. Pertanyaan ini adalah dalam hubungan, karena dalam buku Profesor Yamin, Naskah Persiapan Penyusunan UUD 1945, Yamin mengucapkan pidato pada 29 Mei 1945 antara lain isinya berkaitan dengan Pancasila,” kata Sunario di sidang Panitia Lima tanggal 10 Januari 1975, seperti dikutip dalam Pancasila Budaya Bangsa Indonesia 1993 yang disusun Suwarno. “Tidak benar, Bung Yamin agak licik, sebenarnya pidato itu adalah yang diucapkan dalam pidato Panitia kecil. Bung Karnolah satu-satunya yang tegas-tegas mengucapkan philosofische gronslag dasar pemikiran untuk negara yang akan dibentuk, yaitu lima sila yang disebut Pancasila,” kata Hatta. Hasil kerja Panitia Lima itu pun diserahkan ke Presiden Soeharto pada 23 Juni 1975 di Bina Graha, lima tahun setelah Hari Pancasila 1 Juni ditiadakan atau 30 tahun setelah Pancasila lahir. Sementara Yamin sudah wafat pada 17 Oktober 1962 dan sudah jadi Pahlawan Nasional pula di zaman Sukarno. Keluar Pertama Kali dari Mulut Sukarno Banyak yang percaya Pancasila adalah hasil buah pikir Sukarno. Gagasan itu ia lontarkan pada 1 Juni 1945, tepat hari ini 73 tahun lalu, dalam rapat Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI. Itulah hari ketika kata 'Pancasila' muncul pertama kali di kalangan pendiri negara. Rapat BPUPKI itu secara khusus membahas tentang dasar negara. Selain Sukarno, Supomo dan Mohamad Yamin juga merumuskan dasar-dasar negara. Masing-masing lima poin. Banyak dari poin-poin itu isinya nyaris serupa. Hampir-hampir sama prinsipnya dengan Pancasila yang dikenal negara Indonesia sekarang. Dalam pidato di hadapan para anggota BPUPKI, tercetuslah kata 'Pancasila' dari mulut Sukarno. “Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa namanya ialah Panca Sila. Sila artinya azas atau dasar, dan di atas kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal dan abadi,” kata Sukarno waktu itu. Di sinilah peran penting Sukarno dalam kelahiran Pancasila bersama kolega-koleganya di BPUPKI, hingga dirinya dianggap penggali Pancasila. Sukarno tentu bangga atas sebutan sebagai penggali Pancasila. Dalam pidatonya yang berjudul "Indonesia Akan Kuat Selama Kita Tetap Setia Pada Pancasila" 5/10/1966, seperti dimuat dalam buku Bung Karno Masalah Pertahanan-Keamanan hlm. 70, Sukarno bercerita, dia mendengar banyak orang bilang bahwa "Bung Karno sekadar hanya penggali Pancasila” dan itu tidak dipungkirinya. “Loh, memang, memang, memang saudara-saudara, aku berterimakasih syukur ke hadirat Allah SWT bahwa aku dijadikan oleh Tuhan perumus Pancasila; dijadikan Tuhan penggali daripada lima mutiara yang tertanam di dalam buminya rakyat Indonesia ini, yaitu Pancasila,” kata Sukarno dalam pidato di Hari Peringatan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia ABRI. Dalam autobiografinya yang dikerjakan Cindy Adams, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat, dengan rendah hati Sukarno bilang, “Aku tidak mengatakan, bahwa aku menciptakan Pancasila. Apa yang kukerjakan hanyalah menggali tradisi kami jauh sampai ke dasarnya dan keluarlah aku dengan lima butir mutiara yang indah.” Belakangan, setelah naiknya Soeharto menjadi presiden, muncul perdebatan soal penggali Pancasila. “Ada yang menafsirkan ahli bahasa itu adalah Muhammad Yamin […] Walaupun tak bisa disangkal kata Pancasila diucapkan pertama kali secara resmi oleh Sukarno pada 1 Juni 1945,” tulis St. Sularto dan Dorothea Rini Yunarti dalam Konflik di Balik Proklamasi BPUPKI, PPKI, dan Kemerdekaan 2010 36. Desukarnoisasi ala Orde Baru Di masa Orde Baru, “sejarah itu [tentang peran Yamin] juga digunakan untuk mengecilkan peran Sukarno dan membesarkan peran Soeharto. Upaya yang dilakukan oleh Nugroho Notosusanto untuk menjadikan Sukarno bukan penggali Pancasila, termasuk dalam konteks ini. Sebagaimana kita ketahui, peringatan hari lahirnya Pancasila telah ditiadakan sejak tanggal 1 Juni 1970,” tulis Asvi Warman Adam dalam Pelurusan Sejarah Indonesia 2007 7. Artinya, 20 hari sebelum Sukarno meninggal dunia. Tak hanya Hari Kelahiran Pancasila yang ditiadakan sejak 1970. Lembaga andalan Soeharto, Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban Kopkamtib, juga bertitah pada 23 September 1970 bahwa segala ajaran Sukarno dan peringatan hari kelahirannya dilarang. Hari perayaan terkait Pancasila di masa Orde Baru tentu saja Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober tiap tahun. Hari kelahiran Pancasila, yang sebelumnya diperingati tiap 1 Juni, jadi tidak penting. “Muhammad Yamin yang mengaku telah melampirkan pada pidatonya pada 29 Mei lima dasar mirip Pancasila Bung Karno, tidak tidak dapat diterima. Tak ada seorang pun saksi yang mendukung bahwa Yaminlah sesungguhnya sebagai pencetus Pancasila,” tulis Ahmad Syafi'i Maarif dalam Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan Sebuah Refleksi Sejarah 2009 137. Menurut Syafi'i, pidato itu adalah “selundupan.” Meski begitu, Nugroho Notosusanto percaya Pancasila adalah gagasan Yamin. Isu Yamin sebagai penggagas Pancasila merebak setelah Nugroho Notosusanto menyusun Naskah proklamasi jang otentik dan rumusan Pantjasila jang otentik 1971 terbitan Pusat Sedjarah ABRI. Beberapa tahun kemudian, Nugroho menulis lagi soal Pancasila dalam Proses Perumusan Pancasila Dasar Negara 1985 terbitan Balai Pustaka. Patokan Nugroho Notosusato adalah Muhammad Yamin-lah yang pertama mengucapkannya, meski menurut Hatta itu cuma diucapkan dalam rapat kecil. Meski begitu, di mata pemerintah Orde Baru, “Yang dianggap pertama kali merumuskan materi Pancasila, ialah Mr. Muh. Yamin, yang pada tanggal 29 Mei 1945 di dalam pidatonya mengemukakan lima Azas dan Dasar Negara Kebangsaan Republik Indonesia,” seperti tercatat dalam Sejarah Nasional Indonesia Jaman Jepang dan Jaman Republik Indonesia 1975 18 rilisan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Penghilangan peran Sukarno dalam sejarah Pancasila sebagai dasar negara ini tidak begitu berhasil, meski tentunya ada saja orang yang percaya pada Yamin atau Nugroho. Syafi'i menyebut, “Desukarnoisasi telah dilakukan dengan cara sembrono, khususnya menyangkut dasar negara ini.” Usaha ini adalah usaha membunuh Sukarno setelah kematiannya. Sejarawan Jacques Lecrec menyebut Sukarno dibunuh dua kali; sementara Asvi Warman Adam menyebut Sukarno dibunuh tiga kali oleh Orde Baru, salah satunya lewat penghilangan perannya dalam sejarah. Sejarah Orde Baru sendiri berada di tangan Nugroho Notosusanto, yang juga punya pengaruh besar dalam penulisan sejarah Indonesia versi pemerintah. Nugroho adalah brigadir jenderal TNI yang pernah jadi pimpinan Pusat Sedjarah TNI dan mantan penulis prosa fiksi. Di luar itu, ia pernah menjabat Rektor Universitas Indonesia 1982-1983 dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 1983-1985. - Politik Penulis Petrik MatanasiEditor Ivan Aulia Ahsan . 198 262 249 87 12 265 363 429

penggali pancasila dari dalam jiwa bangsa indonesia adalah