Nina Kakak Iparku. Hari ini begitu sibuknya bossku, yang berarti juga aku disibukkan dengan pekerjaanku. Setelah seharian mengetik dan duduk berjam-jam menghadapi komputer dengan ketikan begitu seabrek, dan mata yang sudah mulai meredup, karena layar monitor. Karena hal itulah aku jadi selalu lupa waktu, tidak terasa jam demi jam aku lalui
Temani Aku Ya Kak“Lo serius bro? Lo pernah ngentotin kakak lo?” tanyaku tak percaya dengan cerita temanku ini. Dia baru saja menceritakan kisah hidupnya yang betul-betul membuatku iri. Enak banget jika ceritanya itu memang benar. Bisa ngentot dengan kakak sendiri yang cantik seperti kakaknya.“Serius… Nih, kalau lo gak percaya lihat nih foto-foto di hape gue…” ujar Andre sambil menyerahkan hapenya padaku. Ku periksa gallerynya, ternyata benar yang dikatakannya. Dia memang ngentotin kakak kandungnya sendiri. Ugh, gila… ini benar-benar gila bagiku.“Videonya juga ada, tonton aja” sambungnya lagi. Akupun memeriksa kumpulan videonya. Lagi-lagi omongannya memang benar. Terdapat beberapa video persetubuhannya dengan kakaknya sendiri dengan durasi yang cukup panjang, rata-rata di atas 30 menit.“Gila lo… kok bisa sih ngentot dengan kakak sendiri?”“Hehehe, gue juga gak nyangka bisa ngentot dengan kak Risa”“Eh, anu… gue boleh minta video lo gak? Gue udah lama kecantol sama kakak lo, hehe” pintaku padanya. Aku memang sudah lama jatuh hati pada kak Risa, beruntung banget Andre punya kakak seperti kak Risa.“Oke… kirim aja, asal jangan kesebar yah… Cuma ke lo aja gue tunjukin karena lo sohib gue, haha”“Makasih, duh… gue bakal coli habis-habisan nih nanti…”“Haha, silahkan coli bro…”Setiba di rumah, aku langsung masuk kamar dan membuka bajuku bersiap untuk beronani. Aku masih terus kepikiran tentang sahabatku itu yang bisa ngentot dengan kakaknya. Aku iri, aku kepikiran juga pengen ngeontot dengan kakakku. Kakakku juga gak kalah cantiknya dengan kak Risa. Aku hanya tinggal berdua dengan kakakku, Ayu kemudian menonton video itu. Saat asik-asik tiba-tiba kak Ayu masuk ke kamarku.“Eh, maaf dek… lagi asik ternyata, hihi”“Duh kak… kalau masuk ketuk pintu dulu dong…” ucapku salah tingkah.“Kakak cuma mau ngambil ini kok” balasnya sambil mengambil cas hape miliknya yang aku pinjam tadi malam. Matanya sesekali melirik ke arah AyuAku dan kak Ayu memang terbuka dalam hal apapun, bahkan dalam hal seperti ini. Dia tidak mempermasalahkan aku beronani, sudah berkali-kali dia melihat aku telanjang bulat sambil onani karena aku memang sering onani kapanpun dan dimanapun di dalam rumah. Baginya cowok onani merupakan hal biasa. Dia sepertinya juga tidak risih dengan perbuatanku kak Ayu keluar dari kamarku, aku justru iseng mengikutinya ke kamarnya. Tampak dia sedang ada di atas tempat tidur sibuk di depan laptopnya, sepertinya sedang bikin tugas kuliah. Dia cuek saja dengan kedatanganku karena sudah biasa melihatku begini. Aku kemudian naik ke atas tempat tidurnya, berbaring dan mengocok kontolku di sebelahnya hingga akhirnya aku muncrat sambil memeluk bantal gulingnya.“Kamu ini muncratnya sembarangan amat sih? Kayak gak ada tempat lain aja” ucap kak Ayu tapi tidak marah. Aku hanya cengengesan. Namun dia tetap minta ganti rugi. Akupun menawarkan pijitan untuknya. Dia setuju, dia mau dipijit tapi setelah dia menyelesaikan tugasnya. Akhirnya aku tiduran saja di sebelahnya hingga dibangunkan olehnya.“Yuk dek sekarang”Aku kemudian mijitin kak Ayu, dia awalnya pakai baju lengkap hingga kemudian hanya pakai celana dalam. Sedangkan aku masih telanjang bulat. Sambil memijit aku mencium-cium pipinya. Dia juga balas mencium pipiku. Penisku leluasa menggesek di tubuh bagian bawahnya. Aku berusaha tidak terlihat seperti sedang mencabulinya.“Ngghh…” lenguhku terlalu keras. Penisku rasanya enak banget.“Kenapa dek?”“Gak kak…” Penisku saat ini ada di belahan pantatnya yang masih tertutup celana dalam warna krem, sedangkan tanganku mengelus-elus pundak dan bahunya. Badanku menghimpit badan kak Ayu. Aku kemudian mencium pipi kak Ayu. Dia berikan pipinya untuk bebas ku cium dan ku sedot. Ugh.. sadarkah kak Ayu kalau dia sedang kucabuli?Hingga akhirnya dia minta berhenti, aku agak kecewa karena nafsuku belum tuntas. Aku masih ingin lama-lama berada di atasnya seperti ini.“Makasih yah dek udah pijitin, eh burungmu tegang lagi? Kan tadi abis muncrat”“Gak tahu kak… aku ngocok lagi boleh?”“Terserah kamu…”Aku kemudian berbaring di sebelahnya, ku raih ponselku dan ku tonton video kak Risa yang belum ku tonton. Kak Ayu kemudian menawarkan untuk memegangkan hapeku, aku tentu saja mau. Aku bersandar di tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya memegang hapeku. Dia bertanya itu film apa, tentunya tak ku jawab kalau itu film ngentot adek kakak yang tak lain adalah temanku dan kakaknya akhirnya aku muncrat. Kak Ayu mengambilkan tisu untukku. Aku kemudian tertidur lagi bersama kak tersadar saat hari sudah sore. Ternyata kak Ayu masih tertidur. Dia masih hanya memakai celana dalam saja membuat aku nafsu lagi. Langsung saja ku cium pipinya. Diapun langsung terbangun.“Adeeek jam berapa?”“Jam 5 kak…”“Duh, udah sore… kakak mau mandi dulu. Kamu gak mandi?”“Nanti aja kak…” jawabku sambil masih asik menciumi pipinya.“Udah bau gitu… mandi sana. Nafasmu juga bau, apalagi liurmu itu… pake cium-cium kakak segala” Namun aku masih tidak ingin berhenti menciumnya. Kak Ayu juga terus membiarkan, seolah menganggap yang ku lakukan bukanlah sesuatu yang cabul.“Kak, aku ngocok lagi ya… mau pegangin hapeku lagi?”“Ya udah… tapi sambil mandi yuk dek…”“Mandi bareng kakak? Ayuk deh, hehe”Kak Ayu bangkit dan masuk ke kamar mandi. Aku menyusulnya, tentunya sambil membawa hapeku. Kak Ayu langsung mengguyur tubuhnya di bawah shower.“Sini dek… katanya mau ngocok…”“Iya…”“Kamu di belakang, biar kakak pegangin hapemu”Aku turuti perkataan kak Ayu. Aku peluk tubuhnya dari belakang. Kepalaku mengintip dari pundaknya. Tubuhnya sedikit lebih tinggi dariku. Dia di depanku sambil memegang hapeku yang sedang memutar video porno. Betul-betul onani yang memeluk perut langsing kak Ayu, penisku berada tepat di belahan pantatnya yang masih tertutup celana dalam yang terlihat menerawang karena basah. Sambil memeluknya, aku sesekali menciumi pipi kak Ayu. Aku gak ingin cepat-cepat muncrat. Saat aku ingin keluar aku berhenti.“Lanjut mandi dulu deh kak…”“Oh, ya udah…”Kami lanjut mandi. Kami mandi sambil foto-fotoan. Saat ini kami sedang menyabuni badan. Kak Ayu dengan baik hati mau menyabuni tubuhku termasuk penisku baik batang maupun kantong zakarku. Aku juga gantian menyabuni buah dadanya. Aku masih bersikap seperti hanya sedang menyabuni saja, jangan sampai terlihat sedang mencabuli.“Ish, kenapa gak kamu keluarin tadi sih… Ya udah, sekarang mau dimana?” tanyanya.“Di tempat tidur aja kak…” Aku langsung tiduran di tempat tidur, disusul kak Ayu yang tiduran di sampingku. Posisi kami mirip seperti yang kami lakukan tadi siang. Kak Ayu kembali memberikan tangannya untuk sandaran kepalaku, satu tangannya memegang hapeku dengan badan sedikit merebah ke badanku. Lenganku kembali bersentuhan dengan buah dadanya dan bergesekan dengan putting melirik ke kak Ayu, dia tampaknya juga ikutan nonton.“Enak dek? Heboh ya filmnya…”“Iya kak, makanya aku suka banget. Aku punya banyak videonya…”Aku kemudian berusaha mencium kak Ayu, tapi posisiku terlalu rendah untuk mengecup pipinya. Dia yang mengetahui keinginanku kemudian menurunkan posisi tubuhnya sehingga kepala kami sejajar. Kak ayu lalu menaruh ponselnya di atas kepalanya.“Naik dek ke badan kakak” suruhnya. Langsung saja ku turuti tanpa banyak komentar.“Ugh…” aku langsung melenguh begitu naik ke badannya. Enak banget. Aku sekarang berada di atas menindih tubuh setengah telanjang kak Ayu. Dadaku bergesekan dengan buah dadanya. Dengan posisi ini aku bisa bebas menciumi pipinya. Sekarang sumber utama kenikmatanku adalah kak Ayu, bukan tontonan di depanku Ayu memberikan pipinya untuk ku cium dan ku kecup. Tubuhnya yang masih lembab membuatnya terlihat seksi. Apalagi rambutnya yang masih basah. Kak Ayu seperti ingin menambah kenikmatanku dengan mengajakku bergenggaman tangan. Aku jadi ingin muncrat.“Ugh… ugh.. ugh…” Aku gesek-gesekkan badanku di atas tubuhnya. Kak Ayu tertawa melihat tingkahku. Aku tidak peduli. Hingga akhirnya saat aku ingin muncrat aku tekan tubuhku ke badan kak Ayu. Penisku menekan perutnya. Tanganku menggenggam tangannya kencang. Aku juga menyedot pipinya. Akupun muncrat dengan banyaknya di atas perutnya.“Enak kak”“Ambil tisu dek…” Akupun mengambil tisu dan membersihkan badan kami berdua. Baru saja mandi tapi udah kotor lagi, hehe.“Udah ya… besok lagi yah onaninya…”“iya kak, temanin lagi yah…”“Iyaah…”****Paginya, setelah aku bangun aku langsung menuju ke kamar kak Ayu. Tampak kakakku itu masih tidur di dalam selimutnya. Aku iseng ikutan masuk ke dalam selimut dan memeluk kakak kandungku itu.“Adeeek…”“Pagi kak…”“Pagi juga…”“Bangun dong kak… udah pagi nih,” ucapku sambil mencium-cium pipinya.“Entaaarr…” jawabnya cuek meskipun aku terus menghujaninya dengan ciuman. Penisku gaceng maksimal lagi. Aku ingin onani lagi. Aku terus mencumbui kak Ayu, tidak hanya mencium pipinya, tetapi juga turun menciumi leher, pundak dan bahunya yang terpampang bebas. Tanganku memeluk kakakku itu. Dia masih hanya memakai celana dalam Ayu akhirnya terbangun, dia langsung meraih handphonenya dan sibuk mengecek sosial medianya. Aku masih sibuk menciumi kak Ayu. Dia tentunya tahu kalau aku telanjang bulat, tapi cuek saja. Kak Ayu kemudian mengajakku foto-foto. Kami menempelkan wajah sambil sesekali saling mencium pipi. Kak Ayu terlihat tetap cantik meski baru bangun tidur, beda sekali denganku.“Dek, kamu fotoin kakak dong…”“Iya kak”Kak Ayu memintaku memotretnya dari atas. Ku turuti. Sesaat ku kocok penisku setelah selesai mengambil fotonya. Aku kemudian kembali rebahan di sebelahnya dan kembali menciuminya.“Kenapa dek ngocok-ngocok? Kamu mau onani ya? Onani aja”“Mau kak… temenin yah” Kak Ayu mengangguk. Aku putar lagi video kak Risa. Kak Ayu merapatkan tubuhnya di sisiku. Dia memegang hapeku. Wajah kami sejajar. Dia mencium-cium pipiku, aku juga balas mencium-cium pipinya. Aku kembali merasakan betapa nikmatnya onani sambil ditemani kakak yang cantik. Ditambah pagi hari adalah waktu yang paling ku sukai ketika bersemangatnya aku sampai menghentak-hentak pinggulku atas bawah. Kak Ayu tertawa melihat tingkahku.“Kak, biar aku yang pegang hapenya, tapi kakak naik ke atas badanku”“Hmm? Ya sudah”Kak ayu mengembalikan hapeku. Dengan perlahan kak Ayu kemudian naik ke atas tubuhku. Tubuhnya menindih tubuhku. Enak sekali rasanya saat buah dadanya bersentuhan dengan dadaku dan penisku yang terhimpit daerah selangkangannya. Tanganku memeluk melingkari tubuh kak Ayu sambil terus menonton bokep di kemudian menggoyangkan pinggulku. Kak Ayu ikutan menggoyangkan badannya mengiringiku. Sungguh nikmat. Cukup lama kami dengan posisi itu. Aku terus mendesah kenikmatan. Saat aku berhenti bergoyang, kak Ayu yang malah tetap bergoyang di atas tubuhku.“Oughhh.. Kak… siniin pipinya, aku mau cium”“Haha, iya… nih…” Kak Ayu berikan pipinya untuk ku jilati dan ku beberapa lama, akhirnya aku tidak tahan pengen muncrat.“Ough… ngentot… aahhh… ughhh…” goyanganku makin menggila sambl terus menghujani ciuman di wajah kak Ayu. Tanganku mengelus-elus punggungnya hingga pantatnya.“Kak.. keluaarrr…”Crrooottt crrrooottt…Aku muncrat dengan posisi tubuh kami yang menempel. Kami terus berpelukan selama beberapa saat.“Enak dek?”“Enak kak…”“Kalau kamu mau, tiap onani panggil aja kakak”“Iya kak, hehe”**Sore menjelang malam, setelah tidur siang aku pengen onani lagi. Aku cari kak Ayu. Dia sedang olahraga. Mandi keringat banget.“Kak.. aku pengen ngocok nih…”“Iya… bentar, kakak mandi dulu ya dek..”“Gak usah kak… kayak gitu aja…”“Gak apa?”“Iya… gak apa”Aku dan kak Ayu langsung ke kamar. Kak Ayu melepaskan seluruh pakaiannya kecuali celana dalamnya. Lalu mengajakku ke kasur.“Yuk dek dikocok kontolnya, hihi”“Iya kak…” sahutku yang langsung berbaring dengan kaki mengangkang, penis tegangku mengacung ke atas dan ku kocok-kocok. Kak Ayu kemudian menghimpit tubuhku. Dia lalu mengambil hape di sebelah kepalaku dan mencari file bokep. Selagi itu, aku sibuk mencium-cium wajahnya dan mengelus-elus tubuh telanjangnya.“Mau gimana? Kamu yang pegang atau kakak?” tanyanya setelah bokep mulai berputar.“Kakak aja, tapi kakak tetap di atas aku. Putar badan kak..” pintaku. Kak Ayu menuruti. Dia putar badannya sehingga kini punggungnya yang menempel di dadaku. Dia mengarahkan hapeku sedikit kesamping agar aku bisa menonton bokep yang sedang beranikan memeluk tubuhnya. Dia tidak memprotes. Jadi tangankupun makin lama makin leluasa menggerepe-gerepe tubuhnya. Baik perut, pinggul, hingga ke paha kak Ayu. Aku juga memainkan celana dalamnya dengan jariku, tapi aku masih belum berani memasukkan tanganku ke lama, tanganku kini sudah menggenggam buah dadanya. Rasanya enak banget. Dia tidak memprotes. Dia membiarkan aku menjelajahi mulusnya buah dadanya dan meremas-remasnya serta memainkan putingnya. Di bawah sana penisku dengan nikmatnya berada tepat di belahan pantatnya.“Dek, kamu selipin aja di paha kakak… ngeganjal nih…”“Iya kak…”Peniskupun menyelip di antara pahanya. Sekarang posisiku betul-betul sempurna. Rasanya enak banget. Aku goyangkan pinggulku untuk menambah rasa nikmat selagi tanganku asik bermain di payudaranya dan bibirku menciumi pipinya. Kami kadang asik ngobrol seperti tidak sedang melakukan hal mesum.“Ugh… ugh…” aku goyangkan tubuhku kencang-kencang. Aku kemudian memutar tubuh kami hingga sekarang kak Ayu tertindih tubuhku. Penisku masih menyelip di antara pangkal pahanya dan tanganku masih meremas buah dadanya. Aku genjot selangkangan kak Ayu dengan kencang. “Ugh.. ugh ugh… ngentott.. Ahhhh…” ucapku kesetanan sambil menghujani pipinya dengan ciuman.“Kak.. aku keluar… anjing.. ngentooooottt… Kak Ayuuuuu…”Crrooot crrroooott…Aku terbaring lemas di pundak kak Ayu.“Hihihi, adek adeeek”Kami tetap dengan posisi itu selama beberapa saat itu, aku semakin bebas meminta posisi cabul sewaktu aku beronani dibantu kak Ayu. Aku selalu telanjang bulat, dia biasanya cuma pakai celana dalam saja. Tapi akhir-akhir ini dia sudah hanya memakai semacam plester yang menutupi suatu pagi di hari minggu, aku akan onani ditemani kak Ayu. Aku baru saja membuka seluruh pakaianku. Sedangkan kak Ayu sudah telanjang bulat dan hanya ada plester saja yang menutupi vaginanya. Semakin hari plester yang dia gunakan makin tipis dan kecil saja. Hari ini adalah yang paling tipis dan mini yang pernah dia kenakan.“Kakak cantik” ucapku yang dibalasnya dengan senyum manis. Kakakku ini selain cantik, badannya bagus, susunya pas, kulitnya putih mulus dan bening banget. Sempurna untuk dijadikan boneka masturbasi. Beruntungnya aku terlahir sebagai adeknya sehingga bisa mencicipi mulus berjalan mendekatinya dan langsung memeluk dan menciumi wajahnya.“Mau mulai sekarang ngocoknya?”“Iya kak…” jawabku, dia tersenyum manis Ayu lalu mengambil hapeku dan mulai memutar bokep. Aku tiduran di kasurnya, disusul kak Ayu yang langsung tengkurap menindih tubuhku. Dia letakkan hapeku di samping di tepi dinding sehingga tangannya bebas. Aku menjamah tubuhnya sambil menciumnya, sesekali kami saling bergenggaman tangan. Penisku menggesek-gesek selangkangannya, berkali-kali mengenai area dengan posisi itu, aku minta kak Ayu menungging. Hape ku letakkan di atas punggungnya. Penisku kemudian ku gesekkan di belahan pantatnya, tanganku memegang pinggulnya. Persis seperti orang yang sedang bersetubuh. Aku kemudian juga menggesekkan penisku di antara pahanya.“Ugh.. ugh… kak Ayu… ngentot… enak” racauku. Sesekali ku tekan penisku ke lubang vaginanya, tapi tidak bisa masuk terlalu dalam karena terhalang plester itu. Tapi sensasi ini justru lebih erotis bagiku. Nyaris-nyaris ngentot dengan kakak kandung sendiri betul-betul bikin panas dingin. Aku tidka berharap untuk segera bisa menggesekkan penisku di selangkangan Kak Ayu, tanganku tentunya tidak hanya diam memegang pinggulnya, tapi juga asik menggerepe-gerepe tubuhnya. Aku kini asik memainkan pantat putih Kak Ayu yang bulat. Sesekali pantatnya aku remas dan ku tampar pelan.“Nghh…” Kak Ayu melenguh pelan merespon tindakanku.“Aku suka banget lihat kakak dari belakang sini… aku suka banget sama pantat kakak… putih, mulus, bulat, lubang pantatnya juga imut, bikin aku nafsu banget, hehe” racauku itu sambil meremas-remas pantat Kak Ayu hanya menoleh ke belakang ke arahku sambil tersenyum kecil, lalu menghentakkan pantatnya ke belakang.“Ugh…” dasar Kak lakukan hal itu sesekali saat aku asik menggenjot selangkangannya. Bahkan makin lama gerakannya juga makin cepat mengiringi hentakan pinggulku. Rasanya sungguh luar biasa nikmat. Sungguh sensasi yang tiada duanya, saling mengadu selangkangan dengan kakak kandung yang super cantik dan seksi menjelajahi tubuhnya lagi, kali ini membelai rambutnya, setelah puas lalu mampir di buah dadanya. Ku turunkan tubuhku sedikit merunduk hingga membuat aku dapat mencium rambutnya dari belakang.“Aku juga suka banget sama susu kakak” ucapku.“Ih… kamu mah maruk. Semuanya suka, hihihi”“hehehe”Sekarang sambil menggenjot selangkangannya, tanganku asik meremas-remas susu kenyal Kak Ayu. Menarik-nariknya. Hingga memilin putingnya. Tentunya dia juga melenguh seperti tadi. Tiap mendengar suara Kak Ayu tentunya membuat aku semakin juga terus tiada henti menjajal tubuhnya. Kini sampai ke wajahnya. Mengusap-usap wajah cantiknya dari belakang. Ku masukkan jariku ke dalam mulutnya dan memainkannya di sana. Kak Ayu merespon dengan mengemut jariku. Sambil menggesekkan penis ke vaginanya, tanganku juga mengobok mulutnya. Sensasional banget!“Kukumu gak pernah dipotong yah dek?” tanyanya menghentikan aksinya.“Hehe, lupa kak…”“Dasar jorok… jangan lupa potong nanti” Kak Ayu mengemut jariku lagi. Ku masukkan seluruh jariku bergantian ke dalam mulutnya. Aku baru tahu kalau rasanya senikmat ini ketika jariku diemut cewek, apalagi ceweknya cantik seperti kakakku. Kadang ku coba dua jari sekaligus, tiga, empat, bahkan lima. Tentunya tidak muat masuk seluruhnya ke dalam mulutnya.“Ih… adeeek. Mana muat…” Protesnya melepaskan emutannya.“Hehehe, kan cuma coba-coba kak…”“Dek… bentar dulu deh… kakak lupa sesuatu” ucapnya kemudian.“Apaan kak?” tanyaku penasaran.“Lepasin dulu…” suruhnya. Akupun menarik penisku dari selangkangannya. Kak Ayu kemudian merangkak ke tepi kasur, membuka laci di sebelah tempat tidur, lalu mencari-cari sesuatu di sana.“Nih, lihat apa yang kakak temukan, coba kamu minum deh…” ucapnya sambil menyodorkan sesuatu padaku.“Apaan nih kak?”“Itu semacam obat perangsang gitu”“Obat perangsang?”“Iya dek… Biar kamu makin enak… trus… makin nafsu sama kakak, dan makin gak tahan untuk ngentotin kakak, hihihi” Ucapnya vulgar. Sepertinya dia sudah tahu tujuanku bukan sekedar memintanya menemaniku onani, tapi betul-betul menjadikan tubuhnya sebagai bahan onaniku. Tapi dia ternyata tidak marah, malah mempersilahkan aku berbuat cabul terhadap dirinya.“Ih, Kak Ayu jahat… ngelarang aku ngentot, tapi malah nyuruh aku minum beginian”“Hihihi, biarin… Jadi kamu mau gak? Ada satu bonus lagi untukmu…” ucapnya yang kemudian melepaskan plester yang menutupi lubang vagianya. Sekarang vaginanya tidak terhalang apapun! Kak Ayu kini polos bugil tanpa ada apapun lagi yang menempel di tubuhnya. Aku menggigil saking nafsunya.“Y-ya udah boleh deh…” Ucapku menelan obat itu, tapi aku tidak ingin menelannya pakai air, aku tentunya pengen yang lebih spesial.“Pakai ludah kakak yah…” pintaku mesum. Udah terlanjur mesum jadi jangan tanggung-tanggung mesumnya, pikirku.“Ya udah buka mulutmu…” ucap Kak Ayu. Aku kemudian duduk di atas ranjang dan Kak Ayu berdiri membungkuk di depanku. Akupun membuka mulutku dan membiarkan Kak Ayu meludahkan liurnya ke dalam mulutku. Tentunya tidak hanya sekali meludah, tapi aku meminta dia untuk berkali-kali meludah ke dalam mulutku untuk ke telan air liurnya.“Tuh… puas?” tanyanya sambil terduduk di depanku setelah banyak membuang ludahnya ke mulutku.“Iya kak, hehe…” Aku kemudian bangkit berlutut. “Lanjut lagi yuk…” ucapku sambil mengocok-ngocok penisku yang sudah tegang banget. Aku mulai merasakan efek obat itu. Tubuhku jadi panas dan rasanya aku sangat horni sekali. Apalagi dengan adanya kakakku yang cantik bertelanjang di depanku.“Iya adekku sayang… yuk… genjotin lagi kakakmu ini” ucapnya senyum-senyum Ayu menungging lagi. Aku lalu menyelipkan lagi penisku seperti tadi dan mengocoknya dengan cepat di sana. Tanganku kembali bergerilya menggerepe tiap jengkal tubuhnya. Mulai dari pinggul, pantat, punggung dan juga mulutnya. Tanganku sampai basah karena liurnya. Benar ternyata, rasanya menjadi bertambah nikmat setelah aku meminum obat perangsang barusan.“Ngghhh… kak, enaaaaaaak”“Iya dek… nikmatin deh puas-puas” lama kami dengan posisi itu. Yang mana Kak Ayu nungging dan aku menggenjot selangkangannya dari belakang sambil tanganku asik menjelajahi tubuhnya.“Dek… kalau kamu pengen keluar, keluarin aja…” ucapnya dengan nafas tersengal-sengal. Dia tampaknya juga ikutan horni. Tapi aku tentunya gak mau keluar sekarang, sayang banget ini cepat aku sungguh tak justru menggesek lebih kencang, tubuhku sampai menghimpit tubuh Kak Ayu. Tanganku memeluk pinggang Kak Ayu erat dari belakang. Aku dan Kak Ayu berciuman. Genjotanku makin crrroooootttt… crrooooottttt“Kak… aku…” Crrroootttt…” keluar” crrrrooottttt… crrrrootttAku muncrat. Muncrat yang sangat banyak. Rasanya sungguh sangat nikmat. Gak pernah aku merasakan keluar sperma senikmat ini. Spermaku juga keluar sangat banyak. Tapi anehnya, penisku gak lemas sama sekali dan masih ngaceng pol, bahkan nafsuku tidak turun. Sepertinya ini efek obat tadi, tidak hanya membuat aku jadi terangsang berat, tapi juga membuat penisku bisa ngecrot berkali-kali namun tetap Ayu meraba-raba daerah selangkangannya yang begitu belepotan sperma.“Gimana dek? Enak kan?” tanyanya sambil senyum-senyum.“Enak banget kak…”“Lagi?”“Lagi dong, hehehe” Kak Ayu tersenyum sambil mencubit hidungku.“Iya… puas-puasin deh… peluk, cium, gerepe dan gesekin penismu ke badan kakak semau hatimu. Tapi kalau mau ngecrot jangan ditahan-tahan yah dek… keluarin aja. Bebas kok. Kotorin badan sama tempat tidur kakak pakai pejumu. Pokoknya suka-suka kamu” Ugh, aku gregetan banget mendengar ucapnya.“I-iya kak…” Senangnya hatiku. Aku masih akan terus merasakan nikmat yang sangat nikmat seperti tadi sepanjang hari ini.“Mau kakak nungging lagi? Atau mau ganti posisi?”“Nggmm iya kak, kakak di atas, hehe” jawabku yang langsung berbaring, kemudian mengocok-ngocok penisku seakan mengundang Kak Ayu untuk segera menduduki Ayu lalu dengan cepat menduduki penisku, membuat aku mengaduh.“Sakit kak…” ucapku manja.“Hihihi, sorry dek… kamu sih, kayaknya gak sabaran amat”Kak Ayu memulai aksinya dengan mengelus dadaku, lalu dengan perlahan mulai menggesekkan vaginanya ke selangkanganku. Enaaaaaaak…Dengan senyum-senyum Kak Ayu bertanya padaku.“Suka dek?”“Suka banget kak…”Kini Kak Ayu yang megang kendali, sedangkan aku pasrah menerima kenikmatan. Meskipun gerakan Kak Ayu nakal dan menantang, tapi dia tetap tampak berhati-hati agar penisku tidak nyelip masuk ke vaginanya. Kak Ayu betul-betul membuat aku tersiksa dengan larangan gak boleh masukin penis ke vaginanya di depanku sungguh indah. Kakakku yang cantik sedang menggesekkan vaginanya ke penisku dari atas. Sambil dia menggoyangkan pinggulnya menggesek-gesekkan kelamin kami, aku tentunya juga gak membiarkan tanganku menganggur. Tanganku kembali menjelajahi tubuhnya. Aku raba-raba pahanya. Begitu putih, mulus dan licin.“Napa dek senyum-senyum?”“Eh… itu… aku beruntung banget yah punya kakak kayak Kak Ayu. Udah cantik, seksi, rajin sholat, dan baik sama adeknya, hehe”“Hu… Dasar gombal” ucapnya sambil menekan selangkangannya.“Hehehe” aku hanya cengengesan sambil terus meraba pahanya.“Karena kamu bilang, kakak jadi lupa kalau belum sholat Zuhur. Habis ini kakak sholat dulu yah…”“Tapi setelah itu masih boleh kan kak?”“Ya boleh dong… Cuma lima menit aja kok kakak sholatnya”“Oke deh kakakku”Kak Ayu terus menggesekkan kelaminnya ke kelaminku. Gerakannya cukup bervariasi, sesekali dia menekan penisku sangat kuat, lalu pelan. Kadang maju mundur, kadang juga kiri-kanan. Ada juga menggesek dengan cepat dengan Kak Ayu menopang tubuhnya dengan satu tangan ke belakang, membuat rambut panjangnya tergerai ke samping.“Coba aja ada air susunya,” ucapku ngasal.“Hahaha, ada-ada aja kamu… kakak harus hamil dulu dong…” balasnya sambil terus menggesek.“Iya, kak… hamil dong… sini aku bantuin”“Ih, maumu dek… hihihi” Kak Ayu tertawa geli. “Hmm… tapi kalau dirangsang olehmu seperti ini terus mungkin aja nanti bisa hasilin susu,” lanjutnya.“Benar bisa kak?”“Yang kakak pernah baca sih gitu…”“Ya udah, aku rangsang terus deh…” ucapku sambil mempercepat dan memperkuat remasanku pada buah dadanya.“Hihihihi… Ngghh… adeeeekkk… dasar, kamu ini… ssshhh,” Kak Ayu melenguh tapi juga cekikikan geli. “Pengen banget yah kakak bisa ngasilin susu?”“Iyaaa kaaaak…”“Ya udah… suka suka kamu deh… “ terus melanjutan aksi porno kakak-beradik kami. Dia terus menggesekkan vaginanya ke selangkanganku, sedangkan aku sibuk merangsang buah dadanya. Tapi sesekali aku juga mengelusi tubuh mulusnya, bahkan juga kembali memasukkan jariku ke mulutnya. Rasa nikmat ini membuatku ingin mengeluarkan sperma lagi.“Kaaaak…” Erangku Ayu kemudian telungkup, akupun memeluk tubuhnya dengan erat. Lehernya yang putih jenjang ku gigit. Di bawah sana, vaginanya dan penisku beradu dan menggesek dengan hebatnya. Gerakan Kak Ayu yang menghentak-hentak membuat aku semakin tak crrooootttt…“Nghhh… kaaaak… aku… nggh… aku…” crrrooottt… “keluar lagi…”Crrrroootttt…Aku muncrat dengan sangat nikmat lagi. Kak Ayu terus menggoyangkan pinggulnya selama aku crroootttTiap spermaku yang keluar rasanya sungguh luar biasa nikmat. Hingga akhirnya penisku berhenti mengeluarkan isinya. Luar biasanya penisku masih saja tegang Ayu kemudian bangkit dan duduk lagi dengan benar di atas penisku.“Enak dek?” tanyanya sambil masih menggoyang pelan pinggulnya.“Enak…”Dia tetap duduk di sana sambil menggoyang pelan pinggulnya selama beberapa saat. Ku perhatikan tubuhnya yang berkeringat, wajahnya juga berkeringat. Rambutnya terlihat acak-acakan. Kak Ayu terlihat sangat seksi.“Ya udah, kakak mau sholat dulu yah…”“I-iya…”Kak Ayu kemudian bangkit. Saat bangkit, tampak spermaku yang menggumpal begitu lengket di antara selangkangannya dan selangkanganku bagaikan lem. Dia senyum-senyum padaku melihat aku memperhatikan bagian tersebut.“Hihihi, belepotan banget spermamu… Kakak gak nyangka bisa sebanyak itu” ucapnya. Aku hanya cengengesan. “Ntar habis kakak sholat kita tambah lagi yah yang banyak, hihihi” sambungnya dengan senyum Ayu kemudian berjalan menuju kamar mandinya dengan telanjang bulat. Sepertinya dia sedang bersih-bersih dan berwudhu. Dia kembali tak lama kemudian dengan kondisi yang sangat bersih. Tak ada lagi ceceran pejuku di selangkangannya.“Kenapa dek? Gak kecewa kan kakak bersihin pejumu?” tanyanya sambil memakai mukena.“Eh… nggak kok kak. Kan mau sholat”“Hihihi, ntar abis sholat bikin kotor kakak lagi yah pakai spermamu… okeh?” godanya kini yang sudah lengkap memakai mukena.“O-okeh…”Kak Ayupun mulai sholat. Pemandangan yang sangat kontras, yang tadinya telanjang bulat dengan selangkangan penuh sperma kini tertutup banget dan sedang sholat. Walaupun di balik mukena itu tidak memakai apa-apa lagi. Aku sendiri hanya memperhatikan dia sholat. Bejatnya aku justru mengocok penisku memandang akhirnya selesai. Saat kak Ayu ingin membuka mukenanya aku melarangnya. Entah kenapa aku jadi kepikiran ingin melanjutkan mesum-mesuman dengannya yang masih mengenakan mukena.“Ada-ada aja kamu dek… tapi oke deh… Yuk… kotorin kakakmu lagi pakai pejumu” Ugh, aku sungguh gemas padanya. Setelah selesai sholat sekarang malah mempersilahkan aku untuk ngepejuin badannya lagi. Akupun langsung memeluknya dan menariknya ke ranjang. Kami berguling-gulingan lagi, saling berciuman dan berpelukan.“Hehehe, peluk-pelukan gini aja rasanya aku pengen ngeluarin peju kak…”“Keluarin aja dek…”Aku terus menggerayangi tubuhnya. Mencium bibirnya, wajahnya dan sekujur tubuhnya. Aku juga memainkan buah dadanya lagi dari balik mukenanya, baik dengan tangan maupun dengan mulutku. Kelamin kami terus menempel dan menggesek. Hawa semakin panas, muka kami sudah sama-sama memerah, keringat betul-betul sudah bercucuran membasahi tubuhku dan kakakku ini, memberikan bunyi dan sensasi lengket saat kulit kami Ayu seakan tidak peduli lagi dengan penisku yang berada tepat di depan vaginanya yang sedari tadi terus berusaha menyelip masuk. Dia justru merespon tertawa geli saat penisku hampir masuk ke vaginanya. Sebenarnya aku pengen banget ngepejuin wajahnya, tapi sayang banget kalau aku melakukannya sekarang.“Masukin dikit yah kak…” pintaku yang saat ini sedang berada di atas menghimpit tubuh Kak Ayu sambil meremas buah dadanya. Aku sudah tidak tahan, bukannya berkurang, nafsuku justru semakin menjadi-jadi. Aku semakin penasaran pengen memasukkan batang penisku ke liang vagina kakak kandungku ini.“Nggak boleh…”“Kak Ayu jahat… aku nafsu berat tahu…”“Hihihi, biarin…”“Kepalanya doang kok” pintaku memelas.“Janji yah… Cuma kepalanya aja ya…”“Iya kak…”Akupun mengarahkan penisku ke vaginanya. Akhirnya penisku bisa masuk ke sana, meskipun hanya kepalanya saja. Tapi itu sudah cukup membuatku merasa nikmat luar biasa. Tak butuh waktu lama hingga akhirnya aku muncrat.“Kak…”“Apa?”“Boleh nggak kalau gak dicabut dulu?”“Ih… ntar kalau masuk gimana?”“Gak bakalan kak, aku janji deh…”“Huh… Ya udah… kamu itu emang bandel banget gak bisa dibilangin” ucapnya menjewer hidungku. Aku senang banget. Dengan kepala penisku masih nyangkut di vaginanya, akupun memeluk dan menciumi kakakku itu Kak Ayu melepaskan diri dari pelukanku. Dia membuka mukenanya. Katanya pengen istirahat dulu. Kak Ayu dengan bertelanjang bulat lalu keluar kamar. Akupun mengikutinya dari belakang. Tampak bagian bawah tubuhnya, terutama di sekitar selangkangannya belepotan dengan spermaku. Yang tentunya membuat setiap lantai tempat dia melangkah jadi berceceran sperma dan lalu menoleh ke belakang ke arahku.“Napa dek? Iya… ntar kakak yang bersihin… kamunya santai aja” ucapnya. Aku benar-benar dimanjakan hari ini. Senang Ayu kemudian mengambil minum di kulkas, lalu mencuci piring di dapur. Tanpa permisi, aku kemudian menggesekkan penisku yang masih tegang ke belahan pantatnya. Kak Ayu hanya cekikikan geli merespon aksi cabulku. Dia sepertinya sudah tahu kalau aku akan berbuat itu kepadanya., dan benar-benar tidak keberatan kalau aku mengganggu kemudian mencoba menyelipkan penisku di antara pahanya, Kak Ayu yang sudah pahampun sedikit melebarkan kakinya sehingga penisku bisa masuk, kemudian merapatkannya lagi. Akupun beraksi lagi. Sambil penisku menggeseki permukaan vaginanya dari belakang, tanganku sibuk menggerepe tubuhnya. Mulai dari mengelus punggung, meremas pantatnya, memainkan buah dadanya serta memasukkan jari ke mulutnya.“Dek… malam ini kita makan apaan yah? Pesan makanan lagi?” tanyanya sambil mencuci dengan aku yang masih sibuk melancarkan aksi tidak menjawab, karena masih menikmati permainanku di belakang. Penisku saat ini sedang nikmat-nikmatnya menyentil-nyentil lubang vaginanya sambil tanganku meremas buah dadanya dan bibirku mencium pundaknya.“Adeeeeek… jawab dong…”Aku tidak menjawab, justru mengajak Kak Ayu berciuman. Kamipun berfrenchkiss sejenak.“Nghhh… adeeeek…”“Apa?”“Makan apa nanti malam? Jawab dong…”“Tapi aku masukin kepala kontolku lagi yah ke memek kakak?”“Ish… kamu ini. Ya udah, masukin sana…” ucapnya memperbolehkan. Dengan riang akupun mencoba memasukkan kepala penisku lagi ke vaginanya. Jleb!“Hehehe, masuk deh kak… emang enak banget rasanya”“Kamu mah emang cabul dek, hihihi… Jadi makan apa nih kita?”“Hmm… makan apa ya?”Aku menggoyang pinggulku. Aku dan Kak Ayu kembali mengerang bersahutan. Rasa nikmat yang begitu sangat dan juga rasa horny yang tak ada habis-habisnya membuat aku muncrat dengan Vaginanya disiram spermaku lagi.“Pesan KFC aja kak…”Setelah makan malam kamipun nonton tv. Aku, tentunya masih nempel terus dengannya. Efek obat ini sungguh luar biasa. Aku selalu ngaceng, selalu horni dan buah zakarku selalu menghasilkan sperma dengan banyaknya berkali-kali. Saat ini posisi Kak Ayu sedang tiduran telentang di atas sofa, wajahnya mengadap ke arah tv.“Kak, aku selipin di susu kakak yah…” pintaku. Aku penasaran bagaimana rasanya bila penisku dijepit di buah dadanya yang ranum itu.“Boleeh” jawabnya Ayu kemudian berbaring di atas karpet. Dengan semangat ku kangkangi tubuhnya, lalu menyelipkan penisku di antara buah dadanya yang aku impi-impikan itu dan mulai menggesek di sana. Rasanya sungguh luar biasa. Beruntungnya aku sebagai adik kandungnya sehingga bisa merasakan betapa nikmatnya menggesekkan penis ke buah dadanya itu.“Nggh… enak banget kak susu kakak, muluuuus”“Hihihi, ya iyalah, kakak gitu lho…”Kak Ayu membantu memegang tepi buah dadanya sehingga penisku masuk sempurna di celah yang nikmat itu. Senyum manisnya yang selalu menemani semakin membuat terasa indah. Aku ingin berlama-lama memainkan penisku di buah dadanya. Tidak hanya menyelipkan penisku di sana, aku juga menampar-nampar penisku ke putingnya.“Ih… kamu tu benar-benar adek yang mesum, hihihi” Kak Ayu tertawa cekikikan saja merespon tiap aksi aku muncrat, aku muncrat saat penisku dikocok ditengah-tengah buah dadanya. Posisiku saat itu berdiri dan Kak Ayu bersimpuh dibawahku. Buah dadanya berlumuran oleh pejuku, wajahnyapun juga demikian. Sebuah penutup yang sempurna, karena efek obatnyapun habis setelah itu. Aku merasakan lelah yang amat sangat dan langsung tertidur.“Met tidur adek…” Ucapnya wajah penuh sperma kental, tidak hanya wajah, tapi hampir seluruh saat itu, aku selalu bertelanjang bulat berdua di dalam rumah dan beraktifitas seperti biasanya. Aku selalu menempel dengannya. Selalu berada di dekatnya membuatku nyaman dan horni terus-terusan. Jika aku ingin onani, kak Ayu akan senantiasa menemaniku. Bahagianya memiliki kakak seperti Kak Ayu.“Temani aku terus yah kak…”“Dasar mesum kamu”Selesai…Lain kali akan ku ceritakan pengalamanku tukar-tukaran kakak dengan temanku ituJangan lupa komen kalau udah ngecrot…
Menurutceritanya dia dijebak pacarnya untuk minum-minum ketika perayaan ulangtahunnya yang ke 17. Ketika dia mulai mabuk dia dibawa pacarnya dan di perkosa di hotel. Tragisnya dia diperkosa secara bergantian oleh 2 orang teman pacarnya saat itu. Paginya setelah sadar dia di antar pulang dan pacar maupun kedua temannya menghilang entah kemana.
Selesai sekolah Sabtu itu langsung dilanjutkan rapat pengurus OSIS. Rapat itu dilakukan sebagai persiapan sekaligus pembentukan panitia kecil pemilihan OSIS yang baru. Seperti tahun-tahun sebelumnya, pemilihan dimaksudkan sebagai regenerasi dan anak-anak kelas 3 sudah tidak boleh lagi dipilih jadi pengurus, kecuali beberapa orang pengurus inti yang bakalan “naik pangkat” jadi penasihat. Usai rapat, aku bergegas mau langsung pulang, soalnya sorenya ada acara rutin bulanan pulang ke rumah ortu di kampung. Belum sempat aku keluar dari pintu ruangan rapat, suara nyaring cewek memanggilku. “Didik .. “ aku menoleh, ternyata Sarah yang langsung melambai supaya aku mendekat. “Dik, jangan pulang dulu. Ada sesuatu yang pengin aku omongin sama kamu,” kata Sarah setelah aku mendekat. “Tapi Rah, sore ini aku mau ke kampung. Bisa nggak dapet bis kalau kesorean,” jawabku. “Cuman sebentar kok Dik. Kamu tunggu dulu ya, aku mberesin ini dulu,” Sarah agak memaksaku sambil membenahi catatan-catatan rapat. Akhirnya aku duduk kembali. “Dik, kamu pacaran sama Nita ya?” tanya Sarah setelah ruangan sepi, tinggal kami berdua. Aku baru mengerti, Sarah sengaja melama-lamakan membenahi catatan rapat supaya ada kesempatan ngomong berdua denganku. “Emangnya, ada apa sih?” aku balik bertanya. “Enggak ada apa-apa sih .. “ Sarah berhenti sejenak. “Emmm, pengin nanya aja.” “Enggak kok, aku nggak pacaran sama Nita,” jawabku datar. “Ah, masa. Temen-temen banyak yang tahu kok, kalau kamu suka jalan bareng sama Nita, sering ke rumah Nita,” kata Sarah lagi. “Jalan bareng kan nggak lantas berarti pacaran tho,” bantahku. “Paling juga pakai alasan kuno Cuma temenan’,” Sarah berkata sambil mencibir, sehingga wajahnya kelihatan lucu, yang membuatku ketawa. “Cowok di mana-mana sama aja, banyak bo’ongnya.” “Ya terserah kamu sih kalau kamu nganggep aku bohong. Yang jelas, sudah aku bilang bahwa aku nggak pacaran sama Nita.” Aku sama sekali tidak bohong pada Sarah, karena aku sama Nita memang sudah punya komitmen untuk tidak ada komitmen’. Maksudnya, hubunganku dengan Nita hanya sekedar untuk kesenangan dan kepuasan, tanpa janji atau ikatan di kemudian hari. Hal itu yang kujelaskan seperlunya pada Sarah, tentunya tanpa menyinggung soal seks’ yang jadi menu utama hubunganku dengan Nita. “Nanti malem, mau nggak kamu ke rumahku?” tanya Nita sambil melangkah keluar ruangan bersamaku. “Kan udah kubilang tadi, aku mau pulang ke rumah ortu nanti,” jawabku. “Ke rumah ortu apa ke rumah Nita?” tanya Sarah dengan nada menyelidik dan menggoda. “Kamu mau percaya atau tidak sih, terserah. Emangnya kenapa sih, kok nyinggung-nyinggung Nita terus?” aku gantian bertanya. “Enggak kok, nggak kenapa-kenapa,” elak Sarah. Akhirnya kami jalan bersama sambil ngobrol soal-soal ringan yang lain. Aku dan Sarahpun berpisah di gerbang sekolah. Nita sudah ditunggu sopirnya, sedang aku langsung menuju halte. Sebelum berpisah, aku sempat berjanji untuk main ke rumah Nita lain waktu. ***** Diam-diam aku merasa geli. Masak malam minggu itu jalan-jalan sama Sarah harus ditemani kakaknya, dan diantar sopir lagi. Jangankan untuk ML, sekedar menciumpun rasanya hampir mustahil. Sebenarnya aku agak ogah-ogahan jalan-jalan model begitu, tapi rasanya tidak mungkin juga untuk membatalkan begitu saja. Rupanya aturan orang tua Sarah yang ketat itu, bakalan membuat hubunganku dengan Sarah jadi sekedar roman-romanan saja. Praktis acara pada saat itu hanya jalan-jalan ke Mall dan makan di food court’. Di tengah rasa bete itu aku coba menghibur diri dengan mencuri-curi pandang pada Mbak Indah, baik pada saat makan ataupun jalan. Mbak Indah, adalah kakak sulung Sarah yang kuliah di salah satu perguruan tinggi terkenal di kota Y’. Dia pulang setiap 2 minggu atau sebulan sekali. Sama sepertiku, hanya beda level. Kalau Mbak Indah kuliah di ibukota propinsi dan mudik ke kotamadya, sedang aku sekolah di kotamadya mudiknya ke kota kecamatan. Wajah Mbak Indah sendiri hanya masuk kategori lumayan. Agak jauh dibandingkan Sarah. Kuperhatikan wajah Mbak Indah mirip ayahnya sedang Sarah mirip ibunya. Hanya Mbak Indah ini lumayan tinggi, tidak seperti Sarah yang pendek, meski sama-sama agak gemuk. Kuperhatikan daya tarik seksual Mbak Indah ada pada toketnya. Lumayan gede dan kelihatan menantang kalau dilihat dari samping, sehingga rasa-rasanya ingin tanganku menyusup ke balik T-Shirtnya yang longgar itu. Aku jadi ingat Nita. Ah, seandainya tidak aku tidak ke rumah Sarah, pasti aku sudah melayang bareng Nita. Saat Sarah ke toilet, Mbak Indah mendekatiku. “Heh, awas kamu jangan macem-macem sama Sarah!” katanya tiba-tiba sambil memandang tajam padaku. “Maksud Mbak, apa?” aku bertanya tidak mengerti. “Sarah itu anak lugu, tapi kamu jangan sekali-kali manfaatin keluguan dia!” katanya lagi. “Ini ada apa sih Mbak?” aku makin bingung. “Alah, pura-pura. Dari wajahmu itu kelihatan kalau kamu dari tadi bete,” aku hanya diam sambil merasa heran karena apa yang dikatakan Mbak Indah itu betul. “Kamu bete, karena malem ini kamu nggak bisa ngapa-ngapain sama Sarah, ya kan?” aku hanya tersenyum, Mbak Indah yang tadinya tutur katanya halus dan ramah berubah seperti itu. “Eh, malah senyam-senyum,” hardiknya sambil melotot. “Memang nggak boleh senyum. Abisnya Mbak Indah ini lucu,” kataku. “Lucu kepalamu,” Mbak Indah sewot. “Ya luculah. Kukira Mbak Indah ini lembut kayak Sarah, ternyata galak juga!” Aku tersenyum menggodanya. “Ih, senyam-senyum mlulu. Senyummu itu senyum mesum tahu, kayak matamu itu juga mata mesum!” Mbak Indah makin naik, wajahnya sedikit memerah. “Mbak cakep deh kalau marah-marah,” makin Mbak Indah marah, makin menjadi pula aku menggodanya. “Denger ya, aku nggak lagi bercanda. Kalau kamu berani macem-macem sama adikku, aku bisa bunuh kamu!” kali ini Mbak Indah nampak benar-benar marah. Akhirnya kusudahi juga menggodanya melihat Mbak Indah seperti itu, apalagi pengunjung mall yang lain kadang-kadang menoleh pada kami. Kuceritakan sedikit tentang hubunganku dengan Sarah selama ini, sampai pada acara apel’ pada saat itu. “Kalau soal pengin ngapa-ngapain, yah, itu sih awalnya memang ada. Tapi, sekarang udah lenyap. Sarah sepertinya bukan cewek yang tepat untuk diajak ngapa-ngapain, dia mah penginnya roman-romanan aja,” kataku mengakhiri penjelasanku. “Kamu ini ngomongnya terlalu terus-terang ya?” Nada Mbak Indah sudah mulai normal kembali. “Ya buat apa ngomong mbulet. Bagiku sih lebih baik begitu,” kataku lagi. “Tapi .. kenapa tadi sama aku kamu beraninya lirak-lirik aja. Nggak berani terus-terang mandang langsung?” Aku berpikir sejenak mencerna maksud pertanyaan Mbak Indah itu. Akhirnya aku mengerti, rupanya Mbak Indah tahu kalau aku diam-diam sering memperhatikan dia. “Yah .. masak jalan sama adiknya, Mbak-nya mau diembat juga,” kataku sambil garuk-garuk kepala. Setelah itu Sarah muncul dan dilanjutkan acara belanja di dept. store di mall itu. Selama menemani kakak beradik itu, aku mulai sering mendekati Mbak Indah jika kulihat Sarah sibuk memilih-milih pakaian. Aku mulai lancar menggoda Mbak Indah. Hampir jam 10 malam kami baru keluar dari mall. Lumayan pegal-pegal kaki ini menemani dua cewek jalan-jalan dan belanja. Sebelum keluar dari mall Mbak Indah sempat memberiku sobekan kertas, tentu saja tanpa sepengetahuan Sarah. “Baca di rumah,” bisiknya. *** Aku lega melihat Mbak Indah datang ke counter bus PATAS AC seperti yang diberitahukannya lewat sobekan kertas. Kulirik arloji menunjukkan jam setengah 9, berarti Mbak Indah terlambat setengah jam. “Sori terlambat. Mesti ngrayu Papa-Mama dulu, sebelum dikasih balik pagi-pagi,” Mbak Indah langsung ngerocos sambil meletakkan hand-bag-nya di kursi di sampingku yang kebetulan kosong. Sementara aku tak berkedip memandanginya. Mbak Indah nampak sangat feminin dalam kulot hitam, blouse warna krem, dan kaos yang juga berwarna hitam. Tahu aku pandangi, Mbak Indah memencet hidungku sambil ngomel-ngomel kecil, dan kami pun tertawa. Hanya sekitar sepuluh menit kami menunggu, sebelum bus berangkat. Dalam perjalanan di bus, aku tak tahan melihat Mbak Indah yang merem sambil bersandar. Tanganku pun mulai mengelu-elus tangannya. Mbak Indah membuka mata, kemudian bangun dari sandarannya dan mendekatkan kepalanya padaku. “Gimana, Mbaknya mau di-embat juga?” ledeknya sambil berbisik. “Kan lain jurusan,” aku membela diri. “Adik-nya jurusan roman-romanan, Mbak-nya jurusan … “ Aku tidak melanjutkan kata-kataku, tangan Mbak Indah sudah lebih dulu memencet hidungku. Selebihnya kami lebih banyak diam sambil tiduran selama perjalanan. *** Yang disebut kamar kos oleh Mbak Indah ternyata sebuah faviliun. Faviliun yang ditinggali Mbak Indah kecil tapi nampak lux, didukung lingkungannya yang juga perumahan mewah. “Kok bengong, ayo masuk,” Mbak Indah mencubit lenganku. “Peraturan di sini cuman satu, dilarang mengganggu tetangga. Jadi, cuek adalah cara paling baik.” Aku langsung merebahkan tubuhku di karpet ruang depan, sementara setelah meletakkan hand-bag-nya di dekat kakiku, Mbak Indah langsung menuju kulkas yang sepertinya terus on. “Nih, minum dulu, habis itu mandi,” kata Mbak Indah sambil menuangkan air dingin ke dalam gelas. “Kan tadi udah mandi Mbak,” kataku. “Ih, jorok. Males aku deket-deket orang jorok,” Mbak Indah tampak cemberut. “Kalau gitu, aku duluan mandi,” katanya sambil menyambar hand-bag dan menuju kamar. Aku lihat Mbak Indah tidak masuk kamar, tapi hanya membuka pintu dan memasukkan hand-bag-nya. Setelah itu dia berjalan ke belakang ke arah kamar mandi. “Mbak,” Mbak Indah berhenti dan menoleh mendengar panggilanku. “Aku mau mandi, tapi bareng ya?” “Ih, maunya .. “ Mbak Indah menjawab sambil tersenyum. Melihat itu aku langsung bangkit dan berlari ke arah Mbak Indah. Langsung kupeluk dia dari belakang tepat di depan pintu kamar mandi. Kusibakkan rambutnya, kuciumi leher belakangnya, sambil tangan kiriku mengusap-usap pinggulnya yang masih terbungkus kulot. Terdengar desahan Mbak Indah, sebelum dia memutar badan menghadapku. Kedua tangannya dilingkarkan ke leherku. “Katanya mau mandi?” setelah berkata itu, lagi-lagi hidungku jadi sasaran, dipencet dan ditariknya sehingga terasa agak panas. Setelah itu diangkatnya kaosku, dilepaskannya sehingga aku bertelanjang dada. Kemudian tangannya langsung membuka kancing dan retsluiting jeans-ku. Lumayan cekatan Mbak Indah melakukannya, sepertinya sudah terbiasa. Seterusnya aku sendiri yang melakukannya sampai aku sempurna telanjang bulat di depan Mbak Indah. “Ih, nakal,” kata Mbak Indah sambil menyentil rudalku yang terayun-ayun akibat baru tegang separo. “Sakit Mbak,” aku meringis. “Biarin,” kata Mbak Indah yang diteruskan dengan melepas blouse-nya kemudian kaos hitamnya, sehingga bagian atasnya tinggal BH warna hitam yang masih dipakainya. Aku tak berkedip memandangi sepasang toket Mbak Indah yang masih tertutup BH, dan Mbak Indah tidak melanjutkan melepas pakainnya semua sambil tersenyum menggoda padaku. Birahi benar-benar sudah tak bisa kutahan. Langsung kuraih dan naikkan BH-nya, sehingga sepasang toket-nya yang besar itu terlepas. “Ih, pelan-pelan. Kalau BH-ku rusak, emangnya kamu mau ganti,” lagi-lagi hidungku jadi sasaran. Tapi aku sudah tidak peduli. Sambil memeluknya mulutku langsung mengulum tokenya yang sebelah kanan. Mbak Indah tidak berhenti mendesah sambil tangannya mengusap-usap rambutku. Aku makin bersemangat saja, mulutku makin rajin menggarap toketnya sebelah kanan dan kiri bergantian. Kukulum, kumainkan dengan lidah dan kadang kugigit kecil. Akibat seranganku yang makin intens itu Mbak Indah mulai menjerit-jerit kecil di sela-sela desahannya. Beberapa menit kulakukan aksi yang sangat dinikmati Mbak Indah itu, sebelum akhirnya dia mendorong kepalaku agar terlepas dari toketnya. Mbak Indah kemudian melepas BH, kulot dan CD-nya yang juga berwarna hitam. Sementara bibirnya nampak setengah terbuka sambil mendesi lirih dan matanya sudah mulai sayu, pertanda sudah horny berat. Belum sempat mataku menikmati tubuhnya yang sudah telanjang bulat, tangan kananya sudah menggenggam rudalku. Kemudian Mbak Indah berjalan mundur masuk kamar mandi sementara rudalku ditariknya. Aku meringis menahan rasa sakit, sekaligus pengin tertawa melihat kelakuan Mbak Indah itu. Mbak Indah langsung menutup pintu kamar mandi setelah kami sampai di dalam, yang diteruskan dengan menghidupkan shower. Diteruskannya dengan menarik dan memelukku tepat di bawah siraman air dari shower. Dan … “mmmmhhhh …. “ bibirnya sudah menyerbu bibirku dan melumatnya. Kuimbangi dengan aksi serupa. Seterusnya, siraman air shower mengguyur kepala, bibir bertemu bibir, lidah saling mengait, tubuh bagian depan menempel ketat dan sesekali saling menggesek, kedua tangan mengusap-usap bagian belakang tubuh pasangan, “Aaaaaahhh,” nikmat luar biasa. Tak ingat berapa lama kami melakukan aksi seperti itu, kami melanjutkannya dalam posisi duduk, tak ingat persis siapa yang mulai. Aku duduk bersandar pada dinding kamar mandi, kali ku luruskan, sementar Mbak Indah duduk di atas pahaku, lututnya menyentuh lantai kamar mandi. Kemudian kurasakan Mbak Indah melepaskan bibirnya dari bibirku, pelahan menyusur ke bawah. Berhenti di leherku, lidahnya beraksi menjilati leherku, berpindah-pindah. Setelah itu, dilanjutkan ke bawah lagi, berhenti di dadaku. Sebelah kanan-kiri, tengah jadi sasaran lidah dan bibirnya. Kemudian turun lagi ke bawah, ke perut, berhenti di pusar. Tangannya menggenggam rudalku, didorong sedikit ke samping dengan lembut, sementara lidahnya terus mempermainkan pusarku. Puas di situ, turun lagi, dan bijiku sekarang yang jadi sasaran. Sementara lidahnya beraksi di sana, tangan kanannya mengusap-usap kepala rudalku dengan lembut. Aku sampai berkelojotan sambil mengerang-erang menikmati aksi Mbak Indah yang seperti itu. Pelahan-lahan bibirnya merayap naik menyusuri batang rudalku, dan berhenti di bagian kepala, sementara tangannya ganti menggenggam bagian batang. Kepala rudalku dikulumnya, dijilati, berpindah dan berputar-putar, sehingga tak satu bagianpun yang terlewat. Beberapa saat kemudian, kutekan kepala Mbak Indah ke bawah, sehingga bagian batanku pun masuk 2/3 ke mulutnya. Digerakkannya kepalanya naik turun pelahan-lahan, berkali-kali. Kadang-kadang aksinya berhenti sejenak di bagian kepala, dijilati lagi, kemudian diteruskan naik turun lagi. Pertahananku nyaris jebol, tapi aku belum mau terjadi saat itu. Kutahan kepalanya, kuangkat pelan, tapi Mbak Indah seperti melawan. Hal itu terjadi beberapa kali, sampai akhirnya aku berhasil mengangkat kepalanya dan melepas rudalku dari mulutnya. Kuangkat kepala Mbak Indah, sementara matanya terpejam. Kudekatkan, dan kukulum lembut bibirnya. Pelan-pelan kurebahkan Mbak Indah yang masih memejamkan mata sambil mendesis itu ke lantai kamar mandi. Kutindih sambil mulutku melahap kedua toketnya, sementara tanganku meremasnya bergantian. Erangannya, desahannya, jeritan-jeritan kecilnya bersahut-sahutan di tengah gemericik siraman air shower. Kuturunkan lagi mulutku, berhenti di gundukan yang ditumbuhi bulu lebat, namun tercukur dan tertata rapi. Beberapa kali kugigit pelan bulu-bulu itu, sehingga pemiliknya menggelinjang ke kanan kiri. Kemudian kupisahkan kedua pahanya yang putih,besar dan empuk itu. Kubuka lebar-lebar. Kudaratkan bibirku di bibir memeknya, kukecup pelan. Kujulurkan lidahku, kutusuk-tusukan pelan ke daging menonjol di antar belahan memek Mbak Indah. Pantat Mbak Indah mulai bergoyang-goyang pelahan, sementara tangannya menjambak atau lebih tepatnya meremas rambutku, karena jambakannya lembut dan tidak menyakitkan. Kumasukkan jari tengahku ku lubang memeknya, ku keluar masukkan dengan pelan. Desisan Mbak Indah makin panjang, dan sempat ku lirik matanya masih terpejam. Kupercepat gerakan jariku di dalam lubang memeknya, tapi tangannya langsung meraih tanganku yang sedang beraksi itu dan menahannya. Kupelankan lagi, dan Mbak melepas tangannya dari tanganku. Setiap kupercepat lagi, tangan Mbak Indah meraih tanganku lagi, sehingga akhirnya aku mengerti dia hanya mau jariku bergerak pelahan di dalam memeknya. Beberapa menit kemudian, kurasakan Mbak Indah mengangkat kepalaku menjauhkan dari memeknya. Mbak Indah membuka mata dan memberi isyarat padaku agar duduk bersandar di dinding kamar mandi. Seterusnya merayap ke atasku, mengangkang tepat di depanku. Tangannya meraih rudalku, diarahkan dan dimasukkan ke dalam lubang memeknya. “Oooooooooooohh ,” Mbak Indah melenguh panjang dan matanya kembali terpejam saat rudalku masuk seluruhnya ke dalam memeknya. Mbak Indah mulai bergerak naik-turun pelahan sambil sesekali pinggulnya membuat gerakan memutar. Aku tidak sabar menghadapi aksi Mbak Indah yang menurutku terlalu pelahan itu, mulai kusodok-sodokkan rudalku dari bawah dengan cukup cepat. Mbak Indah menghentikan gerakannya, tangannya menekan dadaku cukup kuat sambil kepala menggeleng, seperti melarangku melakukan aksi sodok itu. Hal itu terjadi beberapa kali, yang sebenarnya membuatku agak kecewa, sampai akhirnya Mbak Indah membuka matanya, tangannya mengusap kedua mataku seperti menyuruhkan memejamkan mata. Aku menurut dan memejamkan mataku. Setelah beberapa saat aku memejamkan mata, aku mulai bisa memperhatikan dengan telingaku apa yang dari tadi tidak kuperhatikan, aku mulai bisa merasakan apa yang dari tadi tidak kurasakan. Desahan dan erangan Mbak Indah ternyata sangat teratur dan serasi dengan gerakan pantatnya,sehingga suara dari mulutnya, suara alat kelamin kami yang menyatu dan suara siraman air shower seperti sebuah harmoni yang begitu indah. Dalam keterpejaman mata itu, aku seperti melayang-layang dan sekelilingku terasa begitu indah, seperti nama wanita yang sedang menyatu denganku. Kenikmatan yang kurasakan pun terasa lain, bukan kenikmatan luar biasa yang menhentak-hentak, tapi kenikmatan yang sedikit-sedikit, seperti mengalir pelahan di seluruh syarafku, dan mengendap sampai ke ulu hatiku. Beberapa menit kemudian gerakan Mbak Indah berhenti pas saat rudalku amblas seluruhnya. Ada sekitar 5 detik dia diam saja dalam posisi seperti itu. Kemudian kedua tangannya meraih kedua tanganku sambil melontarkan kepalanya ke belakang. Kubuka mataku, kupegang kuat-kuat kedua telapak tangannya dan kutahan agar Mbak Indah tidak jatuh ke belakang. Setelah itu pantatnya membuat gerakan ke kanan-kiri dan terasa menekan-nekan rudal dan pantatku. “Aaa .. aaaaaa … aaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhh,” desahan dan jeritan kecil Mbak Indah itu disertai kepala dan tubuhnya yang bergerak ke depan. Mbak Indah menjatuhkan diri padaku seperti menubruk, tangannya memeluk tubukku, sedang kepalanya bersandar di bahu kiriku. Ku balas memeluknya dan kubelai-belai Mbak Indah yang baru saja menikmati orgasmenya. Sebuah cara orgasme yang eksotik dan artistik. Setelah puas meresapi kenikmatan yang baru diraihnya, Mbak Indah mengangkat kepala dan membuka matanya. Dia tersenyum yang diteruskan mencium bibirku dengan lembut. Belum sempat aku membalas ciumannya, Mbak Indah sudah bangkit dan bergeser ke samping. Segera kubimbing dia agar rebahan dan telentang di lantai kamar mandi. Mbak Indah mengikuti kemauanku sambil terus menatapku dengan senyum yang tidak pernah lepas dari bibirnya. Kemudian kuarahkan rudalku yang rasanya seperti empot-empotkan ke lubang memeknya, kumasukkan seluruhnya. Setelah amblas semuanya Mbak Indah memelekku sambil berbisik pelan. “Jangan di dalam ya sayang, aku belum minum obat,” aku mengangguk pelan mengerti maksudnya. Setelah itu mulai kugoyang-goyang pantatku pelan-pelan sambil kupejamkan mata. Aku ingin merasakan kembali kenikmatan yang sedikit-sedikit tapi meresap sampai ke ulu hati seperti sebelumnya. Tapi aku gagal, meski beberapa lama mencoba. Akhirnya aku membuat gerakan seperti biasa, seperti yang biasa kulakukan pada tante Ani atau Nita. Bergerak maju mundur dari pelan dan makin lama makin cepat. “Aaaah… Hoooohh,” aku hampir pada puncak, dan Mbak Indah cukup cekatan. Didorongnya tubuhku sehingga rudalku terlepas dari memeknya. Rupanya dia tahu tidak mampu mengontrol diriku dan lupa pada pesannya. Seterusnya tangannya meraih rudalku sambil setengah bangun. Dikocok-kocoknya dengan gengaman yang cukup kuat, seterusnya aku bergeser ke depan sehingga rudalku tepat berada di atas perut Mbak Indah. “Aaaaaaaah … aaaaaaahhh … crottt… crotttt ..,” beberapa kali spermaku muncrat membasahi dada dan perut Mbak Indah. Aku merebahku tubuhku yang terasa lemas di samping Mbak Indah, sambil memandanginya yang asyik mengusap meratakan spermaku di tubuhnya. “Hampir lupa ya?” lagi-lagi hidungku jadi sasarannya waktu Mbak Indah mengucapkan kata-kata itu. *** Selama di bus dalam perjalanan pulang aku memejamkan mata sambil mengingat-ingat pengalaman yang baru saja ku dapat dari Mbak Indah. Saat di kamar mandi, dan saat mengulangi sekali lagi di kamarnya. Seorang wanita dengan gaya bersetubuh yang begitu lembut dan penuh perasaan. “Kalau sekedar mengejar kepuasan nafsu, itu gampang. Tapi aku mau lebih. Aku mau kepuasan nafsuku selaras dengan kepuasan yang terasa di jiwaku.” Kepuasan yang terasa di jiwa, itulah hal yang kudapat dari Mbak Indah dan hanya dari Mbak Indah, karena kelak setelah gonta-ganti pasangan, tetap saja belum pernah kudapatkan kenikmatan seperti yang kudapatkan dari Mbak Indah. Kepuasan dan kenikmatan yang masih terasa dalam jangka waktu yang cukup lama meskipun persetubuhan berakhir. “Ingat ya, jangan pernah sekali-kali kamu lakukan sama Sarah. Kalau sampai kamu lakukan, aku tidak akan pernah memaafkan kamu!” Aku terbangun, rupanya dalam tidurku aku bermimpi Mbak Indah memperingatkanku tentang Sarah, adiknya. Dan bus pun sudah mulai masuk terminal. cerita dewasacerita hotcerita sekscerita sex
Anaknyamasih kecil berumur sekitar 1 tahun. Cerita Sex Mandi Bareng Dengan Bibi Cantik Suatu pagi aku kaget ketika seseorang membangunkanku dengan membawa segelas teh hangat, "Bangun. Males amat kamu disini biasanya kan sudah nyiramin taneman sama nyuci mobil" "Males ah, liburan masak suruh kerja juga." Ayahku menikah lagi saat ibuku sudah meninggal dua tahun yang lalu. Ayah menikahi janda beranak kedua anak nya adalah perempuan, karna anaknya kembar. Aku ditinggal ibuku meninggal saat masih SD. Dan kenapa ayah memilih menikahi janda beranak dua, karna agar aku tidak kesepian. Aku lebih tua 1 tahun dari tumbuh besar bersama seperti saudara kandung dari usia aku 7 tahun, Hingga saat ini 17 tahun. Dan usia mereka 16 tahun. Kini mereka adik kelas di SMA. Saat ini kami hanya tinggal bertiga dirumah. Kedua orang tua kami. Pergi ke desa, menjenguk kakek dan nenek disana. Sekalian membantu, membuka lahan perkebunan. Pagi Pagi ini, aku bangun lebih awal agar bisa lari pagi di sekitaran taman kota, sudah beberapa kali putaran, dan aku sudah merasa cukup capek. Akhirnya aku langsung pulang kerumahRumah Tiba di rumah, saat aku membuka pintu dan melepas sepatuku. Aku melihat kedua gadis seksi, menggunakan daster pendek, sehingga bagian dalamannya akan terlihat jika dia mengangkat tangan ke atas. Dan di tambah kedua gunung mereka sangat besar sebesar buah semangka. Dan mereka adalah adik sambung ku yang sudah ku sayang dan ku manjakan dari dulu. Sekilas info. Nama ayah ku danu dan ibu sambung dita. Nama aku miko, dan kedua adik kembarku bernama aya dan ayu nama panggilan nya. Kami bukan orang kaya, kehidupan kami sederhana saja namun bahagia, dan berkecukupan. "pagi kak, dari mana saja kak kok pagi gini. Udah dari luar."tanya Aya sembari meluruskan otot ototnya. "Habis lari lari sedikit di dekat taman" Jawabku sembari menuangkan air ke gelas yang ada di atas meja. " Kok kakak gak ngebangunin kami sih. Kami kan juga mau lari pagi. Ihhh kakak. Kesel aku"suara aya langsung ngegas tinggi memarahiku. *aduhh, sekarang aya sudah mulai bisa berkata kasar padaku. Padahal dulu waktu kecil dia sangat imut dan lucu banget, tidak pernah berkata kasar seperi saat ini. Kembali kan ayaku yang dulu*ucapku dalam hati. "Kenapa...? Kenapa tidak membangunkan kami." Kata aya dengan wajah marahnya langsung mendekat ke wajahku. Saat aku tak menjawab pertanyaan dia tadi. "Ma.. Maa. Aaf.. Aku tak ingin membangunkan kalian yang sedang tertidur pulas" Gugupku saat melihat wajah marah nya sangat menakutkan. "Inii.. Lihatt chat kita tadi malam aku sudah meminta kakak untuk membangunkan kami jika lari pagi lagi. Apakah kakak tidak ingatt...??? " Bentaknya sambil menyodorkan handphone nya yang berisi chatan kami tadi malam,ke depan wajahku. "Aku lupa" Jawabku"Haaa, lupa, apakah kami ini sudah tua, sehingga ingatan kamu tidak bagus lagi." Marah nya menjadi jadi.. *aduuhhh... Setiap hari kenapa harus gini terus sih sama aya. Beda banget sama ayu yang pendiam dan kalem. *keluh ku dalam hati. Aku langsung meminta maaf dan berjanji taka akan lupa lagi kali ini.. Dan aku memuji muji aya agar amarah nya cepat reda. Selesai perkelahian mulut bersama aya aku langsung memutuskan mandi, karna harus pergi kesekolah.'Ahhh... Segar sekali rasanya' saat aku memasukan tubuhku kedalam bak mandi. Aku mandi tidak menggunakan pakaian, Dan hanya tiba aya dan ayu membuka pintu kamar mandinya hingga membuat aku kaget setengah mati. "Tunggu, kenapa kakak mandi duluan. Harusnya kami yang duluan, susah berapa kali aku bilang ke kakak. Apakah kakak tidak mendengarkan perkataanku" Ucap aya dengan agak kasar, karna memang dia masih sedikit marah ke aku. "Kakak, kok sering sering lupa sekarang kenapa kak." Tanya ayu, dengan mengkuatirkan ke adaan ku. "Ayo cebat bangun dari tempat mandi dan tunggu diluar kami mau mandi dulu, atau kakak mau mandi bareng kami" Ngegas aya, bertanya ke padaku. PadaMinggu ini saya ingin membagikan sebuah kisah Cerita Sex Mandi Bareng Tante Dewi Semoga anda semua menyukainya - Matahari bersinar sangat terik hari ini aku ada kuliah, tetapi rasanya udara sangat panas, ruang kuliah yang biasanya sejuk menjadi terasa pengap. "Wah enaknya selesai kuliah pergi ke Mall," pikirku.

Udah sana mandi, liatin kakaknya entar aja.. kakak gak kemana-mana kok hihi.." Aku: "Yee.. Siapa juga yang mau liatin kakak.." kataku pura-pura jaim. Kakakku tidak berkomentar lagi dan diapun berlalu kembali menuju ke kamarnya.

NgintipAdik Sange Di Kamar Mandi Malah Jadi Ikutan | bokep online,memek genit, memek terbaru, download bokep, bokep hot menantang, artis viral, indo viral, abg ngentot bikin baper, bokep tetangga, bokep barbar, nonton bokep indo viral,western,bokep harian 2020, bokep siswa sma,video,videobacol fun,bokep kakek sugiono,bokep ngentot memek gede, MEMEK ABG SMA, bokep tante hot indo, cerita bokep . 87 82 62 366 153 388 466 194

cerita mandi bareng kakak